Rumah Pengembangan pribadi Aku, diriku, dan avatarku — apa masalahnya?

Aku, diriku, dan avatarku — apa masalahnya?

Anonim

Dalam salah satu episode Black Mirror yang paling mengerikan, jawaban Inggris modern terhadap The Twilight Zone, manusia masa depan menjalani kehidupan yang membosankan namun terdorong untuk maju terus hari demi hari oleh daya pikat untuk menghasilkan poin yang dihabiskan untuk hal-hal sepele bagi mereka. avatar (representasi digital dari diri mereka sendiri). Mereka tanpa sadar diperbudak oleh tren gamification yang sama yang kita lihat di sekitar kita hari ini.

Sebelum perkembangan teknologi realitas maya, studi universitas di seluruh dunia bekerja untuk mengungkap efek dari hidup dengan dan melalui avatar kita. Para peneliti telah menunjukkan bahwa berinteraksi dengan kembar virtual kita dapat mengubah cara kita berpikir dan berperilaku. Untungnya, ada alasan untuk optimis, menurut Felix Chang, seorang peneliti dan perancang IBM yang sebelumnya bekerja di Laboratorium Interaksi Manusia Virtual Universitas Stanford.

"Hal-hal menarik terjadi ketika Anda mengubah penampilan virtual Anda, " kata Chang saat presentasi di South By Southwest (SXSW) Interactive awal tahun ini. "Kau benar-benar mengubah perilakumu agar sesuai dengan apa yang diharapkan darimu."

Chang menunjuk satu temuan dari Palo Alto yang menunjukkan bahwa orang-orang yang diwakili oleh doppel digital yang lebih tinggi menunjukkan lebih percaya diri daripada mereka yang memiliki rekan virtual lebih pendek. Dihadapkan dengan negosiasi setelah latihan realitas virtual, orang-orang yang memiliki avatar yang lebih tinggi bertarung lebih agresif untuk mendapatkan uang tambahan terlepas dari tinggi dunia nyata mereka. Studi lain menunjukkan bahwa orang yang memandu avatar mereka untuk makan wortel dan bukannya permen lebih kecil kemungkinannya untuk makan makanan yang tidak sehat setelah partisipasi mereka dalam penelitian ini.

"Psikolog Albert Bandura mengusulkan agar kita belajar dari model peran sosial kita, " jelas Chang. “Yaitu, dalam situasi apa pun, kami merujuk pada isyarat sosial untuk memutuskan bagaimana kami harus bertindak. Contoh yang bagus tentang ini adalah lift - tidak ada alasan yang melekat bagi kita semua untuk menghadap ke depan. ”

Bandura juga menyimpulkan bahwa semakin mirip kita dengan seseorang, semakin besar kemungkinan kita untuk meniru perilaku mereka. “Di sinilah sebenarnya realitas virtual dan avatar masuk. Sangat mudah bagi kita untuk berubah ke cara yang kita inginkan. Dan berperilaku seperti yang kita inginkan sebenarnya dapat mengubah cara kita berperilaku. ”

Artikel ini muncul di majalah SUCCESS edisi Juni 2015.

Teknologi bisa menjadi alat yang hebat atau waktu yang mengerikan. Cari tahu cara mengatasi 3 pemboros waktu terbesar teknologi.